#Warga Miskin Banten
Explore tagged Tumblr posts
beritatangerang · 2 years ago
Text
Indeks Pembangunan Manusia Tangsel Tertinggi di Banten
Indeks Pembangunan Manusia Tangsel Tertinggi di Banten
Kliktangerang.com – Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mendapat predikat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di tahun 2022 paling tertinggi dibandingkan dengan daerah lainnya di Provinsi Banten. Predikat ini berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di mana IPM Kota Tangsel sebesar 81,95 point atau naik 0,43 persen dibandingkan 2021. Kepala BPS Banten Dody Herlando…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 10 months ago
Text
Pergub Belum Dicabut, Al Muktabar Pastikan SKTM Masih Berlaku
SERANG – Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar memastikan pasien pengguna surat keterangan tidak mampu (SKTM) masih bisa dilayani di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten. Salah satu alasan masih berlakunya SKTM karena belum dicabutnya Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 69 Tahun 2020. Dimana dalam Pergub tersebut mengatur jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin di Provinsi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mediaban · 2 years ago
Link
Ria Mahdia Fitri, anggota DPRD Banten dari Fraksi Nadem pakai uang pribadi merenovasi rumah keluarga miskin di Pandeglang yang mau roboh.
0 notes
fahdpahdepie · 5 years ago
Photo
Tumblr media
MEMBERI IKAN SEBELUM RAMADHAN
Oleh Fahd Pahdepie
Tentu hampir semua dari kita pernah mendengar nasihat ini, “Kalau mau menolong orang lain, jangan berikan ikannya, tetapi berikan kailnya.” Kadang saya berfikir, siapapun yang mengucapkan kalimat ini, pasti dia orang kaya. Jangan-jangan punya usaha pemancingan segala.
Terlepas dari setuju atau tidak. Yang jelas, nasihat itu tidak bisa diterapkan untuk semua kondisi dan kepada semua orang. Nasihat itu hanya berfungsi jika orang yang akan kita tolong berada dalam frekuensi yang sama dengan kita, punya kapasitas dan cara berfikir seperti kita, setara dengan kita.
Padahal, pada banyak kasus, saat kita menolong orang lain, artinya posisi kita lebih baik dari orang yang kita tolong, bukan? Kita lebih punya kesempatan dan kemampuan untuk bisa membantu, karena katakanlah diri kita sudah lebih dulu tertolong atau selamat.
Maka teori ‘jangan kasih ikannya tetapi berikan kailnya’ menurut saya merupakan ilmu yang keliru. Terutama dalam kondisi-kondisi terdesak dan krisis seperti pandemi sekarang ini. Banyak orang jauh lebih butuh ikannya dan sama sekali tak terpikir untuk memancing… Jika mereka diberi kail, mereka akan bertanya bagaimana cara menggunakannya, di mana kolamnya, dan seterusnya.
Beberapa hari lalu kita dikejutkan oleh seorang ibu yang meninggal dunia di Kota Serang, Banten, setelah beberapa hari kelaparan dan hanya bisa mengisi perut dengan air galon saja. Sebelum meninggal, wawancaranya sambil menangis dan menggendong anak viral di media sosial. Yuli nama ibu itu. Keluarganya kelaparan dan tak mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah setempat.
Ketika perwakilan walikota Serang datang ke rumahnya, setelah video itu viral tentu saja, mereka merasa bahwa kondisi keluarga ini kelaparan dan berhari-hari hanya minum air minum isi ulang saja merupakan sebuah kekeliruan.
Menurut Syafrudin, Walikota Serang, “Kayaknya itu kurang pas, sebab di situ, di ruangan itu, ada pisang goreng kemudian ada singkong," Katanya menirukan laporan dari Camat Kecamatan Serang. “Meninggalnya ibu Yuli bukan karena kelaparan, tetapi karena takdir.” Ujarnya.
Benarkah Yuli tidak meninggal karena kelaparan? Kita tidak tahu pasti. Tetapi pernyataan pejabat publik yang melepaskan diri dari tanggung jawab moralnya semacam itu tidak pantas diucapkan. Barangkali ini datang dari cara berfikir yang keliru, menilai situasi orang lain dari kondisi yang kita jalani.
Saat hendak menolong orang lain, kita cenderung dihinggapi pertanyaan penuh keragu-raguan, “Benarkah orang ini perlu ditolong?” Kemudian kita bandingkan diri kita dengan dirinya.
“Ah, kelihatannya masih sehat dan segar.” Seolah-olah kita memiliki seluruh otoritas untuk mengukur benar dan salah. Sama seperti kasus keluarga Bapak Holik di Serang yang istrinya meninggal itu, saat pejabat setempat berfikir, “Kayaknya nggak kelaparan, deh!”
Sejarawan sekaligus pengarang berkebangsaan Jerman, Rutger Bregman, dalam bukunya ‘Utopia for Realists’ (2016) menyebut bahwa orang kaya cenderung mengukur cara hidup orang miskin dengan ukuran yang keliru. Bukankah kita sering merasa bahwa orang miskin itu malas? Seandainya mereka rajin, mungkin hidup mereka akan lebih baik?
Bukankah kita sering merasa berhak menasihati mereka sambil mengatakan, “Makanya hidup harus begini, harus begitu. Jangan begini dan jangan begitu,” Seolah-olah mereka menghadapi kenyataan yang sama dengan kita.
Apakah orang miskin atau pengangguran kurang berfikir positif dan tidak punya ‘self-affirmation’ yang kuat untuk sukses seperti mereka yang menengah atau kaya? Sama sekali bukan. Mereka cenderung sulit berfikir, membuat keputusan-keputusan yang salah dalam hidupnya, bingung, berantakan, hanya karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Seandainya mereka punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, sebenarnya hidup mereka akan lebih baik. Anda yang kaya bisa berfikir tentang ini dan itu, tentu karena sudah kenyang dan aman. Jika Anda belum makan dan tidak punya tempat tinggal, tidak punya listrik dan data, jangankan berfikir kreatifitas, hidup Anda akan dihabiskan untuk mencari cara bagaimana bisa makan dan selamat. Bertahan hidup.
Masalahnya, kadang-kadang bertahan hidup adalah sesuatu yang berat. Ibarat sebuah komputer yang harus mengerjakan tugas-tugas berat dalam satu waktu, multitasking, komputer itu bisa ‘error’ bahkan ‘hang’. Apakah saat Anda belum makan seharian, ditelepon terus-terusan oleh penagih hutang, Anda bisa melakukan presentasi dalam sebuah meeting dengan penuh konsentrasi?
Kata seorang teman, meminta orang miskin yang kelaparan untuk berfikir positif adalah sebuah kejahatan verbal. Sebab mereka bukan tidak bisa berfikir positif, tetapi mereka butuh makan hari itu juga.
Maka memberikan pelatihan kewirausahaan, melatih skill ‘digital marketing’, atau memberi kelas online motivasi untuk sukses bagi warga miskin adalah sebuah kekeliruan yang besar. Mereka tidak butuh itu, barangkali. Mereka tidak butuh kail, sebab waktu untuk pergi memancing akan membuat mereka mati. Mereka butuh ikannya.
Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh para psikolog Amerika Serikat kepada ribuan petani tebu di India. Para psikolog ini meneliti nilai IQ para petani tebu setelah masa panen, setelah mereka mendapatkan uang dari bertani, dan saat masa tanam, ketika para petani ini harus hidup susah dan menunggu. Hasilnya mengejutkan. Rata-rata nilai IQ para petani itu turun sekitar 14 poin di saat hidup mereka lebih sulit.
Dari hasil penelitian itu saya membayangkan, berapa hari ini orang-orang miskin yang tingkat kecerdasannya menurun karena mereka susah dan kelaparan? Apakah mereka butuh pelatihan, atau mereka butuh makan?
Di Muara Enim, dua kakak beradik, Daluna (23) dan Rohima (21) ditemukan polisi dalam keadaan memprihatinkan dan kelaparan. Konon mereka memiliki keterbelakangan mental. Kata polisi, di rumahnya tak ada dapur! Pak Polisi, mungkinkah sebenarnya mereka lebih cerdas seandainya tidak kelaparan? Apakah orang yang kelaparan harus terlebih dahulu membangun dapur? Entahlah.
Besok kita akan menjalankan ibadah puasa. Kita akan memasuki bulan pendidikan (tarbiyah) di antaranya agar kita berempati pada penderitaan orang-orang yang miskin dan lapar. Hari-hari ini, jika Anda ingin membantu, sementara berhentilah berfikir untuk memberi kail. Di masa krisis ini banyak sekali orang yang butuh ikannya. Syukur-syukur kalau ikan itu sudah dimasak dan tinggal dimakan saja.
Banyak bantuan beras dan sembako tidak bisa dimasak warga miskin, karena memasak butuh minyak, kompor, dan lain sebagainya yang tidak gratis di dunia ini. Tentu tidak perlu juga diajarkan cara memasaknya melalui kelas-kelas online. Apalagi jika kelas-kelas online itu dibayar menggunakan APBN.
Tabik!
FAHD PAHDEPIE
145 notes · View notes
salmanania · 7 years ago
Text
Mulai 2018, warga miskin Banten bisa berobat gratis bermodal KTP
Salma Nania Mulai 2018, warga miskin Banten bisa berobat gratis bermodal KTP Artikel Baru Nih Artikel Tentang Mulai 2018, warga miskin Banten bisa berobat gratis bermodal KTP Pencarian Artikel Tentang Berita Mulai 2018, warga miskin Banten bisa berobat gratis bermodal KTP Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Mulai 2018, warga miskin Banten bisa berobat gratis bermodal KTP
Tumblr media
Mulai 2018, warga miskin Banten bisa berobat gratis bermodal KTP. Gubernur Banten Wahidin Halim menjelaskan, program pengobatan gratis dengan bermodal KTP ini didesain untuk memudahkan masyarakat miskin mendapatkan akses pelayanan kesehatan. http://www.unikbaca.com
0 notes
rmolid · 4 years ago
Text
0 notes
bantennewscoid-blog · 10 months ago
Text
Warga Miskin di Kota Serang Hidup di Rumah Ambruk
SERANG – Di sebuah rumah sederhana di Kampung Benggala Tengah, Kota Serang, Banten, Nani Mulyani (45) hidup bersama kedua anaknya yang masih SMP yaitu Eno dan SMA namanya Marimbi. Rumah mereka berukuran sekitar 36 meter persegi, dengan dinding yang sudah rapuh, serta atap yang sudah pada bocor. Rumah Nani sangat tidak layak huni. Bagian dapurnya sudah ambruk, sehingga Nani dan anak-anaknya harus…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mediaban · 4 years ago
Link
Pemprov Banten terus mengoptimalkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, terutama warga miskin. Saat ini, pengobatan awal bisa gratis.
0 notes
radarbanten · 7 years ago
Text
700 Ribu Warga Banten Masih Miskin
700 Ribu Warga Banten Masih Miskin
SERANG – Sekitar 700 ribu warga Banten diketahui masih Miskin. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy saat membuka acara seminar sehari Kader Penggerak Pembangunan Banten (KP2B) Kabupaten Tangerang di Hotel Istana Nelayan Jatiuwung, Kabupaten Tangerang, Minggu (12/11).
Melalui keterangan resmi yang diterima Radar Banten Online, menurut Andika akses pelayanan kesehatan…
View On WordPress
0 notes
nonosijo · 5 years ago
Text
Download Font Artistik Untuk warga mi#Skin, Pemkab Penajam-BLK utamakan pelatihan keterampilan - Antara Banten #desaingrafis #downloadfont #fontartistik #desainudangan #desainbrosur #percetakan #digitalprinting #downloadvektor
Untuk warga miskin, Pemkab Penajam-BLK utamakan pelatihan keterampilan  Antara Banten source https://www.desainpremium.com/2019/03/download-ribuan-font-bagus-unik.html#958392d3ff90551c1aee4deb42be022a
0 notes
bidiktangsel · 7 years ago
Text
Saatnya Pemprov Menanggung BPJS Masyarakat Miskin
Saatnya Pemprov Menanggung BPJS Masyarakat Miskin
Serang – Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan Mukhlis, meminta kepada Pemerintah Provinsi Banten untuk merubah mekanisme pengobatan gratis menggunakan KTP bagi warga tidak mampu dengan cara menanggung biaya premi BPJS mereka. Dengan cara seperti itu, niat baik Pemprov Banten untuk dapat menggratiskan biaya kesehatan masyarakat tidak mampu dapat tetap terlaksana.
“Kementrian Kesehatan sudah jelas…
View On WordPress
0 notes
balikita · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Imlek Sejati Milik Tionghoa Miskin
Gubuk berdinding bilik tipis, beratap rumbia, dengan lantai tanah berukuran 3 x 3 meter itu penuh sesak dihuni keluarga Susanto (35), orang Tionghoa yang bermukim di Tanjung Burung, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Di dalam gubuk sangat sederhana itu tidak ada pembatas ruangan. Hanya ada sebuah “dapur” di sudut ruangan, sebuah lubang untuk jamban, dan dipan berkasur tipis tempat mereka tidur. Itulah properti milik Susanto yang berkulit gelap akibat terbakar panas Matahari saat mencari nafkah, mengayuh becak.
Susanto hanyalah salah satu warga keturunan Tionghoa yang hidup miskin di sekitar Jakarta. Cina Benteng, mereka biasa disebut. Di kawasan Tanjung Burung dan juga tempat-tempat lain pinggiran Jakarta kini bermukim ribuan warga Tionghoa yang miskin.
Dalam kemiskinan dan kesederhanaan itulah mereka akan “menikmati” malam pergantian tahun dalam sistem penanggalan Cina.
Perayaan Tahun Baru Cina bagi mereka sungguh bersahaja. Cukup pergi ke vihara di kampung bersama ribuan warga Tionghoa miskin lain. Seusai sembahyang di vihara, sering kali disediakan makanan sumbangan. Bersama- sama mereka makan hidangan mewah ala thanksgiving setahun sekali.
Kemiskinan, derita, dan kepapaan, itulah potret ribuan warga Tionghoa miskin di kawasan berjarak tempuh satu jam perjalanan dari Tangerang itu. Hal serupa tergambar di pedalaman Singkawang, Kalimantan Barat, pelosok Bangka-Belitung, pesisir Tanjung Balai, Bagan Siapi-api, hingga Riau. Bekerja serabutan, melakukan pekerjaan kasar, bahkan menjadi buruh tani adalah suratan takdir yang harus mereka jalani.
Demikian pula di sudut Jalan Malioboro, Yogyakarta, setiap hari terlihat warga Tionghoa miskin berjualan intip (kerak nasi) di pinggir jalan. Karena tidak memiliki dapur, mereka menggoreng intip di pinggir jalan yang juga menjadi tempat berjualan.
Seperti Susanto, warga Tionghoa miskin di Yogyakarta, tinggal di perkampungan gubuk papan selebar dua atau tiga meter di belakang Jalan Malioboro yang gemerlap.
Jangankan bicara soal perayaan Imlek, dapat menyambung hidup saja sudah merupakan hal yang mereka syukuri. Jangankan berbaju baru, untuk menyambung hidup pun mereka hanya bertahan sehari demi sehari.
“Saya menarik becak setiap hari. Penghasilan paling besar Rp 20.000, yang habis untuk makan,” kata Susanto. Dia seorang diri mencari nafkah karena istrinya tidak punya pekerjaan.
Kemiskinan membuat seorang anaknya putus sekolah di usia sekolah lanjutan tingkat pertama. Sedangkan tiga anaknya yang lain masih bersekolah, tetapi juga tidak pasti apakah bisa bertahan. Meski demikian, mereka tetap bersatu sebagai keluarga yang saling menyayangi dalam merayakan Imlek.
MESKI dililit kemiskinan, masyarakat Tionghoa marjinal sungguh menghayati arti perayaan Imlek. Eddy Prabowo Witanto yang lama meneliti masyarakat Tionghoa miskin di Bangka-Belitung, Tangerang, dan Singkawang mengatakan, perayaan Imlek di kawasan tersebut sangat orisinal serta menyentuh perasaan.
“Dalam kemiskinan, sangat terasa suasana kekeluargaan di antara mereka. Pengucapan syukur dalam sembahyang bersama, reuni keluarga, dan menghormati sanak keluarga sungguh dihayati kalangan Tionghoa miskin,” tutur Eddy.
Sebagai contoh, di Dusun Puput, Kecamatan Jebus, Bangka, perayaan Imlek sungguh terasa meski berlangsung dalam kesederhanaan.
Selama dua hari menjelang Tahun Baru, pelbagai adat tradisi betul-betul dilaksanakan masyarakat Tionghoa miskin dengan saksama. Mereka menyapu rumah, memasang kertas merah dengan puisi (duilian), makan malam bersama, dan berbagai tradisi seperti di daratan Tiongkok. Sungguh menarik untuk diikuti meski dilakukan dalam kesederhanaan. Malam Imlek dilalui dengan perayaan barongsai dan long atau liong dalam dialek Hokkian. Seluruh masyarakat berkumpul dalam perayaan ini termasuk warga Melayu atau Dayak, seperti terjadi di Kalimantan Barat.
Kemudian, acara puncak berlangsung pada hari Tahun Baru, keluarga bersembahyang bersama. Kaum muda berpakaian baru meski bukan busana bermerek, mengucapkan selamat tahun baru kepada orangtua, leluhur, dan sanak keluarga yang lebih tua. Silaturahmi pun berlangsung di tengah jalanan kampung- yang kerap becek akibat hujan pada Tahun Baru Imlek.
Inilah makna Tahun Baru sejati, yakni ritual dan reuni keluarga. Menurut Eddy, jika ingin perayaan Imlek yang sejati, datanglah ke permukiman masyarakat Tionghoa miskin.
Tahun Baru Imlek sejati justru ada di balik kemiskinan dan kesederhanaan. Apalagi, lanjut Eddy, yang meneliti permukiman Tionghoa di Indonesia, 65 hingga 70 persen masyarakat Tionghoa di Indonesia berasal dari kelas marjinal alias miskin papa!
(Iwan Santosa/ Vinsencia Hanny)
https://www.balikita.com/imlek-sejati-milik-tionghoa-miskin/
0 notes
itsloveloveme-blog1 · 7 years ago
Text
Ahmad Heryawan Bank Jabar Banten Menandatangani Nota Kesepahaman Dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
Tumblr media
Ahmad Heryawan Bank Jabar Banten mengatakan baru 70 persen warga Jawa Barat yang terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
“Tapi kalau hitungan kabupaten/kotanya yang terbaik Kota Cirebon sudah 99 persen, Kota Bandung menjelang 91 persen. Di bawahnya itu Kabupaten Cirebon dan Kota Sukabumi. Mudah-mudahan banyak yang menyusul,” kata Ahmad di sela peringatan Hari Kesehatan Nasional di Bandung, Senin, 13 November 2017.
Ahmad Heryawan Bank Jabar Banten mengatakan pemerintah Jawa Barat menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan untuk mempercepat target universal health coverage (UHC) JKN-KIS. “Kalau sudah sampai di angka 99 persen, sudah masuk kategori universal health coverage. Target nasional itu 2019 oleh pemerintah. Kalau kita bisa 2018, kenapa tidak,” ucapnya.
Ahmad Heryawan Bank Jabar Banten menyatakan di seluruh Indonesia, baru tiga pemerintah daerah yang sudah masuk kategori UHC tersebut. “Yogyakarta, Semarang, dan Kota Cirebon. Alhamdulillah ada yang mewakili Jawa Barat.”
Ahmad Heryawan Bank Jabar Banten mengatakan pemerintah provinsi akan membantu percepatan target UHC itu. “Pemerintah provinsi mendorong percepatan ini lewat Dinas Kesehatan masing-masing untuk memantau, mendorong, dan sosialisasi. Semakin banyak pesertanya, semakin ringan bayarnya, semakin meng-cover banyak orang,” ujarnya. Pemerintah Jawa Barat sendiri memberikan subsidi hingga 40 persen bagi warga tidak miskin untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan. “Kita punya program Jamkesda, Jaminan Kesehatan Daerah, kerja sama provinsi dan kabupaten/kota. Selama ini provinsi meng-cover 40 persen dari seluruh pembiayaan, 60 persen oleh kabupaten/kota masing-masing. Setara Rp 225 miliar sampai Rp 250 miliar setiap tahun,” kata Ahmad Heryawan BJB.  
Ahmad Heryawan Bank Jabar Banten mengatakan saat ini yang perlu didorong adalah keanggotaan peserta mandiri untuk program JKN-KIS. “Bagi masyarakat yang mampu justru sangat mulia kalau dia mengambil program mandiri, karena dia sudah sadar betul kesehatan sangat penting. Dampaknya, ketika dia sakit, akan ter-cover. Ketika orang lain sakit, dia membantu orang lain,” tuturnya.
Ahmad Heryawan Bank Jabar Banten berharap, selain Kota Cirebon, sejumlah daerah akan menyusul masuk kategori UHC di Jawa Barat. Kota Bandung, Kabupaten Cirebon, serta Kota Sukabumi diharapkan bisa secepatnya menyusul Kota Cirebon. “Mudah-mudahan banyak yang menyusul di 2018 dan sisanya pada 2019,” kata Ahmad Heryawan BJB. (FY).
Source: Nasional Tempo
0 notes
bantennewscoid-blog · 10 months ago
Text
Awal Januari 2024, Orang Miskin di Banten Tak Bisa Gunakan SKTM untuk Berobat
SERANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten memastikan surat keterangan tidak mampu (SKTM) sebagai syarat warga miskin berobat ke rumah sakit sudah tidak bisa digunakan alias tak berlaku lagi. Sebagai gantinya, pembiayaan pasien SKTM akan dialihkan ke BPJS Kesehatan PBI. Pencabutan penggunaan SKTM sebagai syarat berobat tertuang dalam surat edaran (SE) Kepala Dinkes Provinsi Banten dan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mediaban · 4 years ago
Link
Warga miskin di Banten bertambah dari 641.420 orang pada September 2019 menjadi 775.990 orang paa Maret 2020. Atau terjadi penambahan 134.500 orang atau naik 5,92 persen. Demikian rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip MediaBanten.Com, Kamis (16/7/2020). Kepala BPS Provinsi Banten Adhi Wiriana mengatakan, peningkatan angka kemiskinan ini bahkan baru hasil pendataan pada awal hingga pertengahan Maret 2020. Sementara survei angka kemiskinan pada bulan-bulan berikutnya baru akan diungkap pada rilis selanjutnya pada Agustus. “Angka kemiskinan di Banten Maret 2020 terjadi peningkatan yang cukup banyak karena ada sekitar 134,6 ribu…
0 notes
radarbanten · 5 years ago
Text
Rumah Warga Miskin di Pasirkupa Nyaris Ambruk
Rumah Warga Miskin di Pasirkupa Nyaris Ambruk
KALANGANYAR – Rumah pasangan Samlawi dan Lina, warga Cicenang, Desa Pasirkupa, Kecamatan Kalanganyar, nyaris ambruk, sehingga harus disangga menggunakan kayu dan bambu. Kondisi tersebut membuat pemilik rumah Samlawi shock, sehingga penyakit jantungnya kambuh dan yang bersangkutan dilarikan ke RSUD dr. Adjidarmo, Rangkasbitung.
Pantauan Radar Banten di lokasi, rumah tidak layak huni yang…
View On WordPress
0 notes